KTT G20 Momentum Indonesia Dorong Dunia Hadapi Krisis Pangan Global
Oleh : Safira Juliana)*
Penyelenggaraan KTT G20 merupakan momentum terbaik yang dimiliki oleh Indonesia untuk bisa terus mendorong seluruh dunia supaya bisa menghadapi krisis pangan global yang saat ini mengancam sebagai dampak panjang dari pandemi dan konflik Rusia-Ukraina.
Setelah dua tahun diguncang dengan pandemi Covid-19, kini seluruh negara harus kembali berusaha bangkit dari keterpurukan dan ancaman krisis yang bisa jadi melanda mereka. Namun ternyata justru belakangan dengan adanya konflik yang terjadi diantara Rusia dan Ukraina menjadikan upaya negara-negara tersebut untuk kembali bangkit tentunya menjadi terhambat.
Bagaimana tidak, pasalnya kedua negara tersebut sejatinya memiliki peran yang cukup strategis, yakni penghasil gandum dan juga biji-bijian sebagai stok pangan Uni Eropa dan dunia. Semenjak konflik tersebut terjadi, maka kegiatan ekspor yang dilakukan oleh Rusia dan Ukraina menjadi terhambat pula.
Hal tersebut kemudian mengakibatkan beberapa negara lainnya yang sangat tergantung akan impor dari mereka menjadi ikut terkena dampaknya. Maka dari itu ancaman inflasi, resesi dan juga krisis pangan terus saja menghantui.
Dalam kondisi serba sulit tersebut, Indonesia selaku Presidensi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) menjadi memiliki peran strategis pula. Pasalnya Sekretaris Jenderal, Kementerian Pertanian yang juga menjadi Chair G20 dalam bidang Agriculture Working Group (AWG), Kasdi Subagyono dengan tegas menyatakan bahwa dirinya mengajak seluruh anggota G20 untuk bisa menyatukan komitmen mereka serta bagaimana caranya untuk bisa bekerja sama dalam rangka pencarian solusi yang efektif serta konkret dalam rangka menghadapi ancaman krisis pangan global.
Bukan hanya sekedar mengajak seluruh negara dalam G20 supaya menunjukkan komitmen mereka saja, melainkan Indonesia sendiri juga langsung mengambil tindakan dan kerja secara nyata dengan mengeksekusi pokja Pertanian G20 Indonesia pada tahun 2022 ini dengan tema bertajuk ‘Balancing Food Production and Trade to Fulfill for All’ dengan tujuan utama adalah menjamin dan memastikan pasokan pangan bisa mencukupi dengan cara memstikan keseimbangan antara jaminan pasokan pangan dari sumber sistem pertanian yang berkelanjutan serta mampu untuk menjamin kelancaran perdagangan komoditas pangan lintas negara.
Kasdi menegaskan dirinya akan terus mendorong supaya kegiatan pengiriman pasokan pangan sama sekali tidak boleh ada batasan antar lintas negara dan juga bangsa, sehingga semuanya harus bisa dieksekusi dengan sistem yang terbuka dan transparan serta dapat diakses oleh seluruh pihak, utamanya adalah para negara anggota G20.
Di sisi lain, Menteri Petanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo juga menyatakan supaya seluruh pihak mampu untuk menjalin solidaritas supaya bisa segera pulih secara bersama dan mampu menjadi lebih kuat dalam menghadapi ancaman krisis pasca pandemi Covid-19 serta krisis multidimensional yang saat ini terus menghantui dunia.
Tentunya penggarapan program dalam rangka memperkuat pasokan pangan dunia untuk meminimalisasi tekanan dari krisis ini, menurut Syahrul dengan menggunakan pendekatan yang sangatlah berkelanjutan, yakni Sustainable Development Goals (SDGs) sesuai dengan Komunike yang telah disusun oleh Menteri Pertanian G20.
Lebih lanjut, Mentan tersebut mengatakan supaya seluruh negara bisa saling bahu-membahu agar tidak ada saling ketimpangan yang terjadi, utamanya dari negara yang berkembang dengan negara maju. Hal tersebut sangatlah penting agar situasi ketahanan pangan global bisa tetap menjadi stabil.
Salah satu aksi konkret yang juga telah dilakukan adalah melalui Badan Penelitian dan Pengenbangan Pertanian (Balitbangtan) yang dengan tegas menyatakan bahwa mereka sudah siap untuk menawarkan teknologi dan juga produk pangan dari berbagai varietas padi serta jenis tumbuhan lain bagi negara-negara G20.
Mengenai hal tersebut, Prof Fadjry Djufry selaku Kepala Balitbangtan menyatakan bahwa Indonesia saat ini memang sudah memiliki teknologi pangan yang sangat produktif bahkan mampu manghasilkan berbagai macam jenis varietas pangan yang berbeda seperti pada padi, jagung, kopi dan sebagainya. Kepemilikan teknologi pangan ini tentu akan sangat berguna untuk bisa membantu negara-negara G20 khususnya dalam upaya penyelesaian krisis pangan dunia.
Tidak tanggung-tanggung, hasil padi dari teknologi pangan yang telah dikembangkan oleh pihak Balitbangtan ini juga diklaim akan mampu bertahan dan juga tetap produktif meski harus berhadapan dengan kondisi alam yang beragam.
Tak bisa dipungkiri bahwa Fadjry menyatakan kalau Indonesia sendiri memiliki pengalaman yang berbeda jika dibandingkan dengan negara-negara lain mengenai upaya penanganan krisis pangan dunia ini. Maka dari itu pengalaman yang dimiliki oleh Indonesia sendiri akan sangat berguna apabila dibagikan pada negara-negara anggota G20.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa Indonesia sendiri adalah salah satu dari sedikit negara lainnya yang ternyata mampu terus mencetak pertumbuhan ekonomi meski dihadang oleh pandemi Covid-19. Dengan posisi yang kuat tersebut, dirinya meminta untuk negara di G20 juga bisa turut serta lebih berkomitmen karena mereka memiliki tanggung jawab untuk memikirkan negara lain dan bisa memberikan solusi atas banyaknya orang menderita akibat konflik Rusia dan Ukraina.
Di atas kertas, Indonesia sebagai Presidensi G20 terus mendorong kepada seluruh pihak, utamanya negara-negara anggota supaya bisa lebih meningkatkan komitmen mereka dalam bekerja sama mencarikan solusi atas ancaman krisis pangan yang tengah mengancam dunia saat ini.
)* Penulis adalah Kontributor untuk Pertiwi Institute