Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pemerintah Dorong Peningkatan Investasi dengan AS


Oleh : Savira Ayu )*

Amerika Serikat (AS) telah menjadi salah satu negara yang menjadikan Indonesia sebagai destinasi untuk investasi. Investor dari Amerika juga turut berperan dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia.

Beragam topik menjadi perhatian dalam pertemuan antara Menko Airlangga dengan Secretary Raimondo antara lain menyangkut perkembangan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) dan usulan proyek-proyek infrastruktur potensial Indonesia yang dapat masuk dalam kerangka Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII).

Pemerintah Indinesia saat ini juga mengupayakan keanggotaan penuh dalam Financial Action Task Force (FATF) untuk memainkan peran penting dalam memerangi penghindaran pajak dan mempromosikan transparansi pajak global termasuk anti pencucian uang. Salah satu pokok bahasan dalam pilar 4 mengenai Fair Economy dalam IPEF dan Presidensi G20 Indonesia menyangkut juga isu penting FATF.

Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri sama-sama memberikan perhatian pada berbagai usulan proyek infrastruktur strategis yang dapat dikerjasamakan. Pertemuan tersebut diakhiri dengan komitmen bersama untuk mendorong dan melibatkan sektor swasta Amerika Serikat dalam langkah-langkah investasi ke depan di Indonesia.

Berbagai proyek strategis tidak luput dari perhatian kedua menteri, antara lain pengembangan sumber-sumber energi terbarukan, energi bersih, berbagai proyek dalam skema rantai pasok, pengembangan industri kesehatan dan pengembangan pusat data. Menko Airlangga juga mempromosikan potensi serta kapasitas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batam dan Jawa Tengah untuk Investasi AS.

Sebelumnya, Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Rosan Roeslani menyebutkan bahwa Indonesia saat ini menjadi pilihan utama investasi dan perdagangan dari Amerika Serikat daripada negara-negara lain di ASEAN. Sebab, skala ekonomi yang dimiliki begitu besar. Hingga 2021, nilai perdagangan Indonesia-AS meningkat 36 persen menjadi USD 37 miliar. Sedangkan nilai investasi meningkat 75 persen mencapai USD 2,5 miliar.

Rosan menuturkan, Indonesia memiliki daya tarik dari bonus demografi yang dimiliki, jumlah populasi, skala bisnis dan juga posisi Indonesia sebagai Presiden G20 pada tahun ini. Karena itu, dirinya yakin bahwa Indonesia akan mendapatkan target peningkatan nilai perdagangan hingga USD 60 miliar dengan AS pada 2024.

Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo telah meminta agar nilai perdagangan dan Investasi dengan AS dapat terus ditingkatkan. Salah satu upaya untuk meraih peningkatan nilai perdagangan dan investasi itu dengan cara mendongkrak daya saing produk dan iklim bisnis di Indonesia.

Rosan juga menyampaikan bahwa pengusaha di Amerika Serikat menyambut baik Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja. Produk legislasi itu dinilai dapat mencerminkan keberlanjutan reformasi struktural perekonomian di Indonesia.

Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia siap mengawal peningkatan investasi Amerika Serikat di Indonesia. Hal tersebut ia katakan setelah bertemu dengan 12 pimpinan perusahaan asal AS di Washington DC. Bahlil menegaskan bahwa pemerintah Indonesia sangat terbuka terhadap investasi yang kolaboratif dan mendorong pemerataan ekonomi.

Bahlil juga menjelaskan salah satu kebijakan pemerinta saat ini yaitu mewajibkan adanya kolaborasi antara investasi asing dengan pengusaha nasional, terutama pengusaha lokal dan usaha mikro, kecil dan menengah di daerah mana investasi tersebut berada. Pihaknya berpendapat bahwa sebuah investasi yang berkembang itu harus dimanfaatkan oleh semuanya, serta dapat tumbuh dan besar bersama-sama.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan salah satu fokus pemerintah Indonesia saat ini yaitu terkait dengan pengembangan ekosistem ekonomi hijau, melalui mekanisme transisi energi dari bahan bakar fosil menjadi energi terbarukan, restorasi ekosistem seperti hutan bakau, lahan gambut dan hutan tropis.

Menurut Luhut, kebijakan nilai tambah yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2014 lalu telah memberikan dampak ekonomi yang positif, khususnya dalam situasi pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia meyambut baik adanya minat investor asing dalam sektor terkait dengan ekosistem ekonomi hijau tersebut, terutama pada mekanisme transisi energi dan kawasan industri, serta industri dengan nilai tambah.

Chairman, Presiden dan CEO Air Products Seifi Ghasemi menyampaikan apresiasinya atas dukungan Pemerintah Indonesia dalam memastikan investasi Air Product di Indonesia terealisasi. Pihaknya percaya bahwa Indonesia memiliki masa depan yang cerah utamanya karena populasi Indonesia yang masih muda dan dinasim, sumber daya alam yang melimpah dan pemerintahan demokrasi yang progresif serta mendukung investasi dari berbagai negara.

Perlu diketahui data dari Kementerian Investasi menunjukkan bahwa realisasi investasi asal AS sejak tahun 2000 hingga 2021 telah mencapai 19,5 milar dolar AS.

AS menjadi salah satu negara yang memiliki ketertarikan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini tentu saja menjadi bukti bahwa pemerintah Indonesia tidak main-main terhadap upaya menarik minat investor dari luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute