KST Menggangu Pembangunan Infrastruktur Wajib Diberantas
Oleh : Alfred Jigibalom )*
Kelompok separatis dan teroris (KST) menjadi musuh masyarakat karena sudah terlalu sering menyakiti masyarakat Papua. Mereka membuat warga sipil sengsara karena menyerang dengan membabi-buta. KST wajib diberantas karena juga menghambat pembangunan infrastruktur di Bumi Cendrawasih.
KST adalah organisasi di bawah OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang terkenal karena kekejamannya. Mereka tak segan melakukan kekejian, baik kepada aparat maupun warga sipil Papua. Semua ancaman dilakukan, karena mereka berkeyakinan untuk bersatu membentuk Negara Federal Papua Barat dan ingin keluar dari NKRI. Sehingga indonesia dianggap sebagai musuh.
KST wajib diberantas karena mensabotase pembangunan infrastruktur di Papua. Dewan Pimpinan Nasional-Pemuda Adat Papua (DPN-PAP) mengecam aksi penyerangan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap TNI, Polri dan warga sipil. Termasuk penembakan terhadap pekerja yang menewaskan delapan karyawan PT Palapa Timur Telematika (PTT) di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.
Teror penembakan ini semakin menegaskan kelompok KKB yaitu TPNPB dan OPM berupaya menghalangi upaya pembangunan dan menghadirkan ketakutan di tengah masyarakat Papua. Tindakan biadab dan keji yang dilakukan KST inipun mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak.
Ketua Umum DPN-PAP Jan Christian Arebo mengutuk tindakan yang tidak manusiawi yang dilakukan oleh TPNPB tersebut. Ia menyatakan bahwa penembakan yang dilakukan KKB ini sudah dikategorikan sebagai pelanggaran HAM sehingga saya katakan bahwa kelompok teroris yang melakukan penembakan di distrik Beoga adalah tindakan pelanggaran HAM.
Warga Papua sejatinya tidak ada yang menolak pembangunan infrastruktur. Mereka tidak antipendatang dan tidak antiinvestasi. Untuk itu, pembangunan oleh Pemerintah Indonesia harus tetap berjalan terus untuk mewujudkan rasa keadilan sosial.
Arebo melanjutkan, ia menilai proyek pembangunan yang sedang berjalan adalah penyempurnaan konektivitas di Tanah Papua baik trans Papua maupun jaringan telekomukasi.
Dalam artian, pekerja sedang membantu pembangunan di Papua dalam bidang komunikasi. Jika BTS diperbaiki maka akan lebih bagus lagi untuk memancarkan sinyal. Akan tetapi usaha itu malah dihalangi oleh KST. Berarti mereka tidak suka akan kemajuan di Bumi Cendrawasih, karena tower tidak jadi baik dan akhirnya komunikasi pun memburuk.
Padahal sinyal amat diperlukan, tidak hanya untuk komunikasi antar warga, tetapi juga untuk anak sekolah. Ketika kasus corona naik lagi, maka mereka sekolah online lagi. Jadi para guru dan murid butuh sinyal untuk sesi zoom atau mengirim tugas-tugas via WA. Akan tetapi niat mereka untuk menuntut ilmu malah dihalangi oleh KST.
KST semakin berani dan semakin brutal melakukan aksinya karena merasa ada dukungan. Ada peran-peran oknum di Papua yang sampai hari ini terus bersuara mendukung Papua Merdeka dan meminta Dewan HAM PBB untuk memeriksa pelanggaran HAM di Papua.
Tak hanya menghalangi pembangunan telekomunikasi di Papua, KST juga menghalangi pembangunan Jalan Trans Papua. Buktinya mereka melakukan beberapa kali penyerangan. Para pekerja di proyek Jalan Trans Papua sampai saat ini dikawal oleh aparat keamanan untuk mengantisipasi serangan KST.
Aksi KST dikecam karena mensabotase pembangunan infrastruktur di Papua, baik berupa jalan Trans Papua maupun proyek Telekomunikasi. Berarti mereka tidak ingin agar rakyat Papua maju, selain menuduh ada penjajahan di Bumi Cendrawasih. Padahal rakyat Papua sendiri tidak suka dengan KST yang menghambat kemajuan infrastruktur. Mereka pun tak habis pikir mengapa di era modern ini masih berpikir tentang penjajahan?
KST tak pernah berpikir bahwa pemerintah pusat memberikan gelontoran dana sampai triliunan rupiah. Mulai dari pemberian dana otsus hingga APBD dalam jumlah besar. Semua diberi demi kemakmuran dan kemajuan Papua. Namunm KST selalu berpikir negatif dan menyerang dengan membabi-buta, serta mensabotase pembangunan di Papua dengan kejamnya.
Selain itu, KST juga menghambat pembangunan di bidang pendidikan, karena mereka menembak para guru dan membakar gedung sekolah. Padahal jika tidak ada pendidikan, anak-anak Papua bisa suram masa depannya. Mereka jelas salah karena pendidikan sangat penting, agar orang asli Papua terus maju dan menjadi calon pemimpin selanjutnya.
Sungguh tidak habis pikir, mengapa KST mensabotase pembangunan? Padahal jika ada pembangunan infrastruktur, yang menikmati fasilitasnya adalah rakyat. Sungguh aneh ketika mereka menuduh Indonesia menjajah Papua, karena jika menjajah tentu tidak akan ada jembatan dan jalan raya yang representatif.
Ketika ada anggota KST yang ditangkap maka itu adalah hal yang wajar karena mereka memang bersalah. Masyarakat tidak usah menghiraukan tuduhan pihak luar yang bilang bahwa ini adalah pelanggaran HAM, karena justru KST yang melanggar hak asasi warga sipil dengan menembak sembarangan. Jika KST membunuh masyarakat maka sudah masuk ke kasus pembunuhan berencana.
KST berkali-kali mensabotase pembangunan infrastuktur di Papua. Baik pembangunan jalan maupun telekomunikasi, dan merugikan rakyat di Bumi Cendrawasih. Oleh karena itu warga Papua sendiri antipati dengan KST dan setuju ketika kelompok separatis itu diberantas.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali